Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) naik ke daftar "critically endangered", satu daftar terakhir sebelum dinyatakan punah di alam liar. The International Union for the Conservation of Nature (IUCN) menaikkan status gajah Sumatera karena selama 25 tahun terakhir yang dihitung sebagai masa hidup satu generasi gajah, sudah 69 persen habitat gajah hilang di Sumatera.
Menurut IUCN, terdapat dua bukti nyata kehilangan habitat di Riau dan Lampung yang diikuti dengan kehilangan populasi gajah. Di Lampung, terdapat sembilan populasi gajah hilang dan di Riau ada enam populasi yang hilang. "Bahwa pola ini akan berlanjut terlihat pasti," menurut IUCN.
Koran The Guardian, Inggris, melaporkan, jika tren ini berlanjut, gajah akan punah dalam beberapa dekade mendatang. Saat ini, menurut IUCN, populasi gajah di alam liar tak lebih dari 2.800 ekor.
WWF menyerukan moratorium segera penghancuran habitat gajah. "Gajah Sumatera bergabung dalam daftar spesies Indonesia yang nyaris punah, termasuk orangutan Sumatera, badak Jawa dan Sumatera dan harimau Sumatera," kata Carlos Drews, Direktur Program Spesies Global WWF, seperti dilansir The Guardian.
"Sangat penting bagi pemerintah Indonesia, organisasi konservasi dan perusahaan perkebunan menyadari status kritis gajah dan kehidupan liar lainnya di Sumatera dan melakukan tindakan efektif untuk merawat mereka," kata pakar gajah Asia, Ajay Desai.
Sumatera memang menjadi salah satu tempat deforestasi tercepat di dunia. Diperkirakan, sudah dua pertiga hutan dataran rendah --habitat paling pas untuk gajah-- hilang dalam 25 tahun terakhir.
Penyebab utama menuju kepunahan gajah ini, menurut IUCN, adalah deforestasi hutan, yang mengakibatkan banyak gajah liar dipindahkan dari alam liar atau dibunuh. Gajah juga menjadi sasaran pembunuhan karena gadingnya yang dinilai berharga. Saat ini, gajah diperkirakan hanya hidup di tujuh provinsi di Sumatera. (eh)• VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar